Langit Ketujuh
Langit Ketujuh
Nama Penulis (Napen):* Suci Asdhan
Tak ada yang lebih sepi dari jarak dan waktu yang memisahkan kami. Tak ada yang lebih sunyi dari konser tanpa kehadiran pemggemar.
Kalimat itu terngiang di kepala
Jimin saat ia berdiri di tengah stadion kosong, mengenakan hoodie lusuh yang sama seperti tujuh tahun lalu saat mereka latihan pertama sebagai BTS.
Hari ini seharusnya menjadi reuni diam-diam. Hanya mereka bertujuh, tanpa ARMY, tanpa manajer, tanpa sorotan kamera. Namun, satu nama masih belum juga muncul.
“Masih belum ada kabar dari Taehyung?” tanya RM, yang duduk bersandar di kursi tribun, menatap langit yang tampak semakin suram.
“Mungkin, dia ghosting kita?” seloroh J-Hope, setengah bercanda, meski nadanya terdengar getir.
Jungkook muncul sambil membawa enam kaleng kopi dingin, membagikannya satu per satu. “Kupesan tujuh, padahal,” katanya pelan.
SUGA duduk tak jauh, sibuk mengacak-acak catatan musik lama. “Lucu ya, dulu kita ribut soal nada tinggi, sekarang malah tentang siapa yang datang dan tidak.”
Jin, yang baru muncul dengan wajah kelelahan, menyeka keringat dan duduk di tengah-tengah mereka. “Kau tahu,” katanya pelan. “Wamil membuat kita berpikir banyak hal. Tentang waktu, tentang makna, dan tentang siapa yang tetap bertahan.”
Semua menoleh pada Jin, yang telah lebih dulu menjalani wajib militer dan baru keluar beberapa bulan lalu.
“Taehyung pernah bilang,” ujar Jin, “kalau ia takut menjadi bayangan dari dirinya sendiri. Mungkin itu kenapa dia pergi ke Paris.”
Tiba-tiba, langkah seseorang terdengar dari arah pintu belakang stadion.
Mereka semua serempak menoleh ke arah sumber suara.
Taehyung berdiri di sana. Rambut panjang, syal abu-abu, dan mata yang langsung basah melihat keenam sahabatnya berkumpul.
“Yeorobun (1) ..., mianhae (2)," ujar Taehyung dengan nada sedikit bergetar dan agak terbata. Terdengar helaan napas berat darinya.
“Mianhae (2) aku datang terlambat. Tapi aku tak lupa jalan pulang," lanjutnya. Suara sang visual di BTS ini terdengar serak.
Jimin langsung berdiri dan memeluknya. “Pabo (3). Tiga tahun tanpa kabar, dan sekarang tiba-tiba muncul, sok dramatis.”
“Hyung,” sahut Jungkook, “aku hampir livestream momen ini barusan." Jungkook menatap intens Hyung-nya yang dulu berhasil mengeluarkan dia dari rasa tak percaya diri. "Ketampanan V Hyung tak pernah memudar, ya.” Jungkook menepuk-nepuk punggung Taehyung.
“Kita kumpul lengkap sekarang!” teriak J-Hope antusias. “Kita bisa nyanyi satu lagu, bareng-bareng.”
RM tersenyum. “Lagu apa?”
Suga mengangkat alis. “ Spring Day, mungkin?”
Taehyung menggeleng, lalu menatap mereka satu per satu. “Boleh ..., tapi sebelum itu, ada yang harus kukatakan.”
Keenam pasang mata memandangnya dengan penasarana. Taehyung menunduk sesaat, lalu kembali buka suara, "besok aku mulai berangkat wamil.”
Mereka semua terdiam. Kopi di tangan Jungkook jatuh. Jimin membeku. Jin hanya menatap ke langit, seolah ingin memastikan hujan tidak jatuh duluan.
Taehyung menatap mereka semua seraya tersenyum tipis.
“Jadi malam ini ..., kita nyanyi untuk terakhir kalinya. Sebelum kita kembali menjadi bagian dari dunia yang lebih sunyi.”
RM bangkit dari tempat duduknya, lalu meninju pelan perut maknae-nya.
"Gwenchana (4), bukan hanya kau yang berangkat besok, aku juga. Kita, kan, satu camp, V."
Kelima member Bangtan lainnya saling bertukar pandang, lalu kompak menghambur memeluk Taehyung dan juga sang leader kharismatik mereka.
"Selamat bertugas," ucap Jin. Bulir bening mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Cepat kembali dengan sehat." Kali ini Jimin yang bersuara.
"Mari kita berkumpul kembali tahun depan dan merilis album baru," ucap Suga dengan sedikit bergetar.
Sementara J-Hope dan Jungkook hanya membisu, tak kuasa menahan tangis yang sudah mendesak sejak Taehyung pamit, disusul dengan kalimat selamat tinggal dari RM. Lagu Spring Day mengalun syahdu, ikut mengiringi kepergian kedua member Bangtan esok hari. Sepanjang malam, hujan deras tak juga mereda hingga pagi menjelang, seakan-akan turut mengiringi keberangkatan mereka berdua.
(1). Semuanya
(2). Maaf
(3). Bodoh
(4). Tak apa-apa
Bandung, 13 Juli 2025
Komentar
Posting Komentar