Pertemuan Usagi dan Takano di masa kini

 


Napen : wangi menur

Inspirasi: film anima Sailor moon

Isi : Di sebuah rumah sakit yang modern dan elegan, Usagi Tsukino menjalani kehidupan baru sebagai dokter. Dia memiliki hati yang baik dan selalu berusaha untuk menyembuhkan pasien-pasiennya dengan penuh kasih sayang.


Suatu hari, Usagi bertemu dengan seorang penulis misterius di rumah sakit. Dia kini dikenal sebagai Takano, seorang penulis novel terkenal yang sedang mencari inspirasi untuk buku barunya.


Takano memiliki kepribadian yang misterius dan romantis, tetapi Usagi tidak menyadari bahwa dia adalah Tuxedo Mask yang telah menyelamatkannya beberapa kali di masa lalu. Mereka berdua terlibat dalam petualangan mencari inspirasi dan menghadapi tantangan bersama.


Saat itu, Usagi sedang berjalan di koridor rumah sakit, sambil memeriksa rekam medis pasien. Takano sedang duduk di ruang tunggu, menulis di buku catatan. Ketika Usagi melewati ruang tunggu, Takano melihatnya dan tersenyum. Ia berdiri dan menghampiri Usagi. 


"Permisi, kamu Usagi-san kan? Apa yang Anda lakukan di sini?" kata Takano dengan senyum.


Usagi berhenti sejenak dan membalikkan badan menghampiri Takano-san. "Eh Takano-san." Usagi nampak terkejut. "Saya sedang memeriksa pasien, kamu sendiri apa yang kamu lakukan di sini?"


Takano menutup buku catatan. "Saya sedang mencari inspirasi untuk buku baru saya. Saya suka atmosfer rumah sakit, sangat tenang dan damai."

Usagi tersenyum. "Saya juga suka atmosfer rumah sakit. Tapi kadang-kadang bisa sangat melelahkan juga."

Takano tersenyum balik. "Saya bisa membayangkan. Anda pasti sangat lelah setelah merawat pasien-pasien Anda."

Usagi mengangguk. "Ya, tapi saya suka pekerjaan saya. Saya ingin membantu orang-orang yang membutuhkan."

Takano merasa hatinya berdebar-debar ketika melihat Usagi. Ada rasa bahagia dan sedikit salah tingkah saat ada di dekatnya. Usagi adalah gadis impiannya selama ini. 
"Usagi-san, anda memiliki hati yang sangat baik, "  kata Takano dengan suara lembut. "Saya sangat mengagumi Anda. "

Usagi tersenyum, tidak menyadari bahwa Takano memiliki perasaan yang kuat terhadap dirinya. "Terima kasih, Takano-san. Saya hanya melakukan apa yang saya bisa."

Takano merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk mengungkapkan perasaannya kepada Usagi. Namun bukan sekarang tapi suatu saat nanti. Dia berharap Usagi bisa menerima ketulusannya. 

"Baiklah, Takano-san, saya harus kembali ke pekerjaan saya," kata Usagi dengan suara yang lembut. "Terima kasih atas perbincangan yang menyenangkan ini."

Takano-san tersenyum balik, dengan mata yang penuh harapan. "Tidak masalah, Usagi-san. Saya juga senang berbicara dengan Anda. Saya harap kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti."

Usagi mengangguk, tidak menyadari bahwa Takano menaruh rasa suka padanya. "Saya juga berharap demikian. Semoga buku Anda sukses."

Takano-san tersenyum, dan pandangan mata yang penuh kekaguman. "Terima kasih, Usagi-san. Saya akan berusaha sebaik mungkin."
Usagi beranjak pergi meninggalkan Takano, selang beberapa saat ketika Usagi berjalan beberapa langkah, Takano-san memanggilnya. "Usagi-san, tunggu sebentar."

Usagi berhenti dan membalikkan badan, matanya penuh dengan pertanyaan. "Apa itu, Takano-san?"

Takano-san tersenyum dan memberikan Usagi sebuah kertas kecil. "Ini adalah nomor telepon saya. Saya ingin kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti."

Usagi tersenyum dan mengambil kertas kecil itu, merasa sedikit terharu. "Terima kasih, Takano-san. Kapan-kapan saya akan menghubungi Anda."

Takano-san tersenyum dan memandang Usagi dengan mata yang penuh kekaguman. "Saya akan menantikan itu, Usagi-san. Saya sangat senang bisa bertemu dengan Anda hari ini."

Usagi tersenyum balik, merasa sedikit gugup. "Saya juga senang bertemu dengan Anda." Kata usagi dengan sedikit menganggukkan kepala. 
Usagi merasa sedikit malu, tapi juga merasa senang karena Takano-san begitu menghargainya. 

Takano-san tersenyum dan memandang Usagi dengan pandangan yang penuh kelembutan "Menurutku, Anda memiliki potensi yang besar dalam membantu mengobati pasien-pasien di rumah sakit ini."

Usagi tersenyum dan mengangguk, merasa sedikit terharu. "Terima kasih, Takano-san. Saya akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi."

Takano-san tersenyum sambil melirik ke wajah usagi yang dari tadi telah memerah pipinya bagai buah delima yang ranum. "Saya yakin Anda akan berhasil, Usagi-san. Anda memiliki semangat yang besar."

Usagi tersenyum dan menundukkan kepala karena sedikit malu. Ada rasa bahagia di hati nya yang tidak bisa diungkapkan. Setelah itu, ia pamit pada Takano dan kembali pada pekerjaannya. 

***

Sore ini, Takano sedang duduk di sebuah kafe, menulis buku barunya. Rei Hino, seorang penulis muda yang berbakat, masuk ke kafe dan melihat Takano. Dia memperhatikan dari jauh lalu menghampiri Takano dan merasa bahwa mereka memiliki kesamaan sebagai penulis. Rei Hino ini pada masa lalu adalah teman seperjuangan usagi dalam melawan kejahatan. Ia seorang gadis yang penuh kedewasaan dan tidak cengeng. 

"Takano-san, saya tidak percaya bahwa saya bisa bertemu dengan Anda di sini," kata Rei dengan senyum manis.
Takano melihat Rei dan tersenyum balik. "Eh Rei, Apa yang kamu lakukan di sini?"

Rei duduk di sebelah Takano dan memandanginya dengan mata yang penuh kekaguman. "Saya sedang mencari inspirasi untuk buku baru saya. Saya sangat mengagumi karya-karyamu, Takano-san."

Takano tersenyum dan merasa sedikit tidak nyaman dengan perhatian Rei. "Terima kasih, Rei-san. Saya juga sangat mengagumi karya-karya Anda."

Rei memandang Takano dengan mata yang penuh harapan. "Saya berharap kita bisa berkolaborasi suatu hari nanti, Takano. Saya pikir kita memiliki kesamaan sebagai penulis."

Takano tersenyum dan merasa sedikit terikat dengan Rei. "Saya juga berharap demikian, Rei. Tapi saya harus fokus pada buku saya yang sekarang."

Rei mengangguk dan memandang Takano dengan lekat-lekat. "Saya mengerti, Takano. Saya akan menunggu kesempatan untuk berkolaborasi denganmu."

Takano tersenyum dan merasa sedikit tidak nyaman dengan perhatian Rei. Dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan Rei, karena hatinya telah terpaut pada usagi, gadis yang pada masa lalu dikenal dengan gadis cengeng, manja, tapi pemberani. Tapi Takano tidak ingin menyakiti perasaan Rei.

"Rei-san, maaf ya, saya masih ada keperluan, aku mau keluar duluan." kata Takano dengan senyum. 

"Oh baiklah, saya harap kapan-kapan kita bisa bertemu lagi Takano." Kata Rei dengan penuh harap. 

Takano tersenyum dan pergi meninggalkan Rei, sementara Rei memandangnya dengan hati yang berdebar-debar. Apakah Takano akan memiliki perasaan yang sama dengan dia suatu hari nanti? Rei berharap demikian.

Titimangsa, Ponorogo, 13 Juli 2025


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Remo di Atas Tanah Leluhur

Teddy Kecil

Gurilem, Kuliner Warisan Bumi Parahyangan