Teddy Kecil
Teddy Kecil
Penulis: Dwi Fitriani
Barisan bintang tampak indah pada malam itu, berbanding terbalik dengan suasana hatinya. Gadis bernama Rara itu tengah bersedih saat sang kekasih tak mengingat hari ulang tahunnya. Butiran kristal terus berjatuhan membasahi wajah, hingga akhirnya gadis itu pun terlelap dan bermimpi indah tentang karakter yang sangat disukainya.
Gadis kelahiran Februari itu sedang bermain ski dengan kekasihnya, dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya. Detik berikutnya, pandangannya pun berfokus pada suatu arah.
“Sayang, coba lihat itu!” Rara mengacung telunjuknya pada seekor beruang kecil. Makhluk kecil itu tampak murung–seperti kehilangan sosok sang ibu. Bergegas Rara mendekat dengan menggunakan ski miliknya. Sedang kekasihnya terlihat cemas dan segera mengejar.
“Sayang, tunggu!”
Tak berselang lama, Teddy pun berdiri di samping sang kekasih. Pria bertubuh tinggi itu tampak cemas–mencegah kekasihnya untuk menyentuh makhluk kecil itu. “Sayang, jangan! Itu hewan buas, bahaya jika disentuh.”
“Tapi dia lucu. Pokoknya aku mau gendong, kalau kamu gak kasih izin mendingan kita putus!” Seketika membuat Teddy terdiam dengan ancaman sang kekasih.
Teddy tahu gadis itu sangat menyukai karakter beruang hingga seisi kamarnya pun dipenuhi koleksi boneka beruang. Meski begitu, Teddy tak tinggal diam dan mencari cara agar gadis itu mengurungkan niatnya untuk membawa serta makhluk kecil itu. “Oke, kamu boleh sentuh dia. Tapi tolong jangan bawa dia ikut bersama kita. Oke?”
“Tapi, aku suka banget sama dia. Boleh ya, aku ajak dia pulang bersama kita.”
Sang gadis memelas, tak membuat pria itu kehilangan akal. Lekas pria itu membujuk agar kekasihnya mengerti. “Kalau kita bawa dia, kasihan. Dia hidup di lingkungan yang sejuk. Sedang tempat tinggal kita cuacanya sangat panas, Sayang.”
“Bagaimana bisa dia hidup pada lingkungan yang panas.”
“Lagipula, bagaimana kalau Teddy kecilmu cemburu?”
Mendengar kalimat sang kekasih, Rara kembali teringat pada boneka kesayangannya. Gadis kelahiran Februari itu menamai bonekanya dengan nama kekasihnya. Kemanapun dia melangkah, Teddy kecil selalu ada dalam dekapannya–tanpa menaruh rasa malu terhadap orang-orang sekitar.
Bagi Rara, Teddy kecil adalah dunianya, saat sang kekasih tak memiliki waktu luang untuknya.
Gadis itu bahagia dengan keberadaan boneka beruangnya. Telapaknya bergerak, mengusap butiran air yang berjatuhan pada pipi milik gadisnya itu.
“Please, ya. Jangan bikin Teddy kecil cemburu dengan keberadaan makhluk kecil ini.”
Seketika Rara mengedipkan netranya, gadis itu tersadar dari tidurnya. Dia tercengang menatap pria yang tengah berdiri bersama Teddy Bear miliknya.
Pria itu tengah sibuk menyalakan lilin berbentuk angka, mendudukkan Teddy Bear milik sang kekasih–pada kursi kecil buatannya.
“Selamat ulang tahun, Sayang.”
“Maaf ya, aku udah bikin kamu sedih, soalnya ini ide dari Teddy kecil. Kalau kamu mau marah, dia siap kok untuk dimarahi.” Pria itu tertawa menatap kekasihnya, tangannya bergerak meraih boneka berwarna putih itu. “Nih, si pembuat onar. Kamu harus bisa marahin dia.”
“Jangan mau kalah dengan pesonannya!”
“Jangan dong, kalau gak ada dia. Mungkin kamu gak akan ingat tanggal ulang tahun aku.”
“Jadi, mana mungkin aku marahin dia,” sahut sang gadis seraya meraih boneka tersebut.
Detik berikutnya, gadis itu pun tersenyum. “Sayang, terima kasih ya. Selama ini kamu selalu terima keberadaan Teddy kecil, karena gak semua pria yang bisa menerima gadis sepertiku.”
“Duniaku terlalu aneh dan penuh imajinasi,” sahut sang gadis dan disertasi butiran kristal, membuat kekasihnya tersentuh. Jari Kokoh itu mengusap butiran kristal yang berjejer di pipi mulusnya.
“Aku mencintaimu dan aku tak peduli penilaian orang lain terhadapmu.”
“Sebagai manusia, tentu saja kita memiliki karakter impian. Kita punya hak untuk berimajinasi terhadap karakter yang kita sukai. Jadi, tidak ada yang aneh denganmu, Sayang.”
“Jadi, jangan berpikir bahwa aku malu memiliki kekasih sepertimu.”
Di bawah langit malam, keduanya saling menguatkan satu sama lain. Meski sadar imajinasi kekasihnya berlebihan, tetapi dia tetap mencintai gadis itu dengan segenap jiwa raganya.
Selatpanjang, 14 Juli 2025
Komentar
Posting Komentar