Teman Perjalanan Pulang
Penulis: Zenaira
Sebuah email telah diterima oleh seluruh mahasiswa jurusan sastra. Email tersebut berisi pemberitahuan mengenai libur musim panas yang akan dimulai esok hari.
Ini kesempatan emas bagiku untuk berkunjung ke desa. Menemui orang tuaku yang sudah sangat cerewet memintaku untuk pulang.
Awalnya aku sangat enggan. Namun, nuansa kamar kos yang aku tempati akhir-akhir ini membuatku tidak nyaman.
Akhirnya aku memutuskan bersiap untuk pulang. Aku melirik seseorang yang sejak kemarin menghindar untuk bicara denganku. Neina, teman sekamarku.
Aku mulai merasa mungkin saja tanpa sadar aku telah membuatnya tidak nyaman. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menyapanya.
"Hei, apakah aku ada salah padamu?"
Dia tidak menjawab. Seolah mengabaikan keberadaanku. Sepertinya aku benar-benar telah melakukan kesalahan.
Neina yang biasanya setiap malam selalu bercerita tentang pria yang ditaksirnya di kampus, kali ini benar-benar mengabaikanku.
Aku berpikir sejenak tentang kesalahan yang telah kuperbuat. Percuma, aku tidak ingat sama sekali.
Aku melirik sedikit ke arah meja belajar milikku dan teringat bahwa aku memiliki dua buah tiket pesawat yang telah kubeli.
"Neina, bukankah kau juga berencana untuk pulang? Pulanglah bersamaku besok."
Ia akhirnya menengok. Menatapku dengan tatapan kebingungan. "Kenapa aku harus pulang bersamamu?"
"Karena aku ingin kau mengantarku."
"Kenapa kau tidak pulang sendiri?"
"Ayolah. Aku tidak mau merasa bosan di perjalanan."
Neina akhirnya mendesah berat. Ia terlihat kembali merenung. Beberapa saat kemudian, ia akhirnya mengangguk.
Keesokan harinya, bandara terlihat sangat ramai. Neina masih terlihat pucat dan murung. Aku hanya berharap, perjalanan ini dapat membuatnya melupakan tentang kesedihannya.
Satu per satu penumpang menaiki pesawat. Aku juga melihat Neina telah duduk dan kembali merenung di salah satu kursi dekat jendela.
Sementara aku, aku telah tertidur dengan nyaman pada peti jenazah di dalam kargo khusus pesawat.
Komentar
Posting Komentar